Selasa, 27 Desember 2011

Mencintai Untuk Dicintai ALLAH  
❀❀.• ¸¸.•*••*¨.••.✿❀❀.• ¸¸.•*•♥♥

Bismillahirrahmanirrahiim..
Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

*• ♥.*•.¸¸¸ ' '•.¸¸ ¸¸¸
°•˚◦♥◦˚•°¸.••. ¸.••.❀❀.•.¸

Sahabat  Saudaraku Fillah..

Kebanyakan manusia memiliki visi hanya sebatas kehidupan dunia saja. Pikiran, hati, dan tindak tanduk mereka cuma untuk mengejar kesenangan lahiriah saja. Sementara orang-orang yang beriman, memiliki visi yang melampaui kehidupan dunia. Mereka sadar bahwa dunia dan seisinya akan punah pada masanya.Visi mereka tidak berhenti hanya pada dunia melainkan lebih dari itu. Visi mereka mencapai Sang Mahapencipta. Itulah visi akhirat.

Pikiran, hati, dan tindak tanduk mereka tidak diabdikan untuk mereguk kesenangan dunia saja, tetapi ingin meraih Ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka sadar bahwa yang abadi hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dunia dan seisinya akan mereka tinggalkan lalu hancur binasa. Kita pun seharusnya demikian. Janganlah cinta kita terhenti oleh kesenangan dunia, Teruskanlah perjalanan cinta tersebut hingga menuju Sang Pencipta.

Allah  Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :

 ”Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa : 134).

Memang tidak mudah mengajak diri mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pesona dunia sangat menggoda dan melalaikan. Namun, manusia bukannya tak mampu melampauinya. Sebab, mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu adalah fitrah. 

Fitrah  Mencintai  ALLAH

Saat kita menengadahkan kepala ke langit, atau berjalan di hamparan bumi nan luas, atau berlayar di samudera yang tak bertepi, maka hati kita akan tergetar. Begitu juga ketika kita mempelajari fenomena air yang mampu menyuburkan tanah, berbagai jenis hewan yang tersebar di seluruh permukaan bumi, bahkan sampai ke dasar samudera, angin bertiup yang tak terlihat sumbernya, awan yang menaungi laksana payung tampa tiang, membuat hati kita terkagum-kagum.

Tapi, orang yang hanya melihat semua itu dari mata lahiriah, akan berhenti sampai pada sesuatu yang tampak secara inderawi saja. Padahal kita diperintahkan agar tidak hanya menyaksikan sesuatu yang tampak saja, melainkan juga memikirkan di balik yang tampak tersebut. Dialah Sang Pencipta.

Al-Qur`an bahkan memuat anjuran ini pada ayat yang turun pertama kali. “Iqra` bismirabbikalladzi khalaq.” Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.” Ketika kita menyadari bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah pencipta diri dan kehidupan kita maka secara fitrah kita akan cinta dan rindu kepada-Nya. Ini sama seperti fitrah cinta kita kepada kedua orang tua yang menjadi “sumber” keberadaan kita.

Bahkan, cinta kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan berlipat kali cinta kita kepada kedua orang tua. Sebab, pemberian dan kasih sayang yang diberikan Allah Subhanahu  Wa Ta’ala jauh melebihi pemberian dan kasih sayang kedua orang tua kita.

ALLAH  Cinta  Sejati

Ingatlah! Segala sesuatu yang ada di dunia ini, juga segala yang kita cintai, pada hakekatnya adalah kepunyaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam hal apa pun kita mencintai sesuatu, baik keindahannya, kasih sayangnya, kebaikannya, sesungguhnya Allah  Subhanahu Wa Ta’ala melebihi semua itu.

Jika kita mencintai seseorang karena merasakan kasih sayangnya, maka bandingkanlah dengan kasih sayang Allah Subhanahu Wa  Ta’ala. Jika kita merasa kagum dengan segala kebaikan seseorang maka bandingkanlah dengan kebaikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semua perbandingan itu akan menyadarkan kita bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, melebihi apa pun.

Jadi, jangan berhenti hanya sampai mencintai sesuatu yang tampak di depan mata. Teruskan perjalanan cinta itu hingga sampai kepada Allah Subhanahu Wa  Ta’ala.Begitulah karakter orang-orang yang beriman sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala Ta’ala : ”Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah,” (QS.Al-Baqarah : 165).

Meraih  Cinta  ALLAH

Tentu saja kita berharap cinta kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah cinta yang berbalas, bukan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kita tidak boleh egois dalam mencintai Allah   Subhanahu Wa Ta’ala. Kita tak boleh mencintai semau kita sendiri. Bagaimana caranya agar   Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mencintai kita? Untuk menjawab ini maka tanyakan kepada diri kita terlebih dahulu, apakah pantas kita dicintai oleh  Allah Subhanahu Wa Ta’ala?

Jika belum maka buatlah agar diri kita pantas. Nilailah diri kita, bukan dari seberapa banyak kenikmatan yang telah kita dapatkan, tetapi seberapa besar manfaat yang telah kita perbuat selama hidup. Kita bekerja bukan untuk bermegahmegahan, tetapi untuk memberi manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain.Nilai pula diri kita apakah selama ini kita telah mengikuti tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya secara benar? Sebab, secara jelas Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :

”Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran : 31)

Apabila kita merasa banyak dosa, segeralah bertaubat dengan menyucikan diri agar kita kembali mendapat cinta-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :

 ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.Al-Baqarah : 222)

Meraih cinta-Nya juga dengan cara memperbanyak amalan kebaikan, menjalankan amalan yang difardhukan, dan mengistiqamahi amalan yang disunnahkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda :

 ”Tidaklah ada sesuatu yang mendekatkan seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku sukai daripada kewajiban yang Aku fardhukan padanya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, kecuali Aku mencintainya.” (Riwayat Bukhari).

Kita semua pasti akan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Saat kita kembali nanti, semua yang kita miliki akan kita tinggalkan. Apa saja yang kita cintai akan terlepas. Hanya ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menjadi harapan.  Kita ingin kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan ridha dan diridhai. Kita senang kembali kepada-Nya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga senang menerima kita. Itulah visi akhir hidup yang harus kita raih.

Manusia yang paling sengsara di akhirat adalah manusia yang paling kuat cintanya kepada dunia. Sedangkan manusia yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berbahagialah mereka yang dipanggil Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan hati yang ridha lagi diridhai. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al Fajr “ 27-30).

**Diadaptasi dari : Kajian Utama Majalah Suara Hidayatullah,Edisi  Des 2010  , diedit dan disunting kembali tanpa mengurangi makna oleh : Nafisah Khairunisa Muenthazzar.** http://majalah.hidayatullah.com/

¸.••. ¸.••.❀❀.•.¸

❀❀ Sahabat  Ukhuwah fillah ALL ❀❀ 

Silakan di Share….Semua untuk Umat dan Syiar Islam,  Kunjungi page kami dibawah ini dan klik ''Like/Suka'' untuk Bergabung, Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum.

MENATA AKHLAQ  Menuju Ridha dan Cinta-NYA

WANITA SHOLEHAHMutiara  Muslimah  Sejati

INDAHNYA MERANGKAI  Silaturrahmi dan Ukhuwah



Abdul Haris Muenthazzar



°•˚◦♥◦˚•°¸.••. ¸.••.❀❀.•.¸
 
SaLaM SantuN Erat  SiLatuRahmi dan UkhuWaH FillaH

Senin, 26 Desember 2011

Muslimah & Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

•.¸.••...••.¸✿ 

•.¸.••..❀❀.•.¸

Bismillahirrahmanirrahiim..

Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

•.¸.••...••.¸✿ ✿•.¸.••..❀❀.•.¸✿ ✿
Apabila kita menelaah sejarah perjuangan da’wah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,kita akan dapati bahwa setelah beliau menerima wahyu pertama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,maka orang pertama yang diberitahu oleh beliau mengenai wahyu tersebut adalah  isteri beliau sendiri yaitu Siti Khadijah Radhiyallahu Anha, dan dialah orang pertama yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa jumlah penduduk dunia pada saat ini lebih banyak wanita dari pada kaum laki-laki, dan jumlah anak-anak lebih banyak pula daripada Ibu-Ibu.Dengan demikian apabila wanita (kaum ibu) tidak dilibatkan dalam menjalankan tugas dakwah,maka anak-anak akan jauh dari pendidikan agama, karena anak-anak sendiri umumnya dekat kepada Ibu.

Sesungguhnya kewajiban dakwah dan amar mar’uf nahi mungkar  tidak hanya terbatas kepada kaum laki-laki,tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab kaum muslimat,

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Kamu sekalian adalah umat yan terbaik yang dikeluarkan (dilahirkan) untuk manusia, kalian menyeruh kepada yang amar ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan kalian beriman kepada Allah”,(Q.S. Ali Imran : 10).     

Dalam aya diatas disebutkan ‘umat’ yakni seluruh umat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang terdiri dari laki-laki dan wanita. Dengan demikian ayat ini memerintahkan kepada Muslimah untuk menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar (dakwah).

Sehubungan dengan ayat diatas, Umar bin Khatthab Radhiyallahu Anhu,”Berkata :

‘Wahai manusia, barangsiapa yang ingin agar digolongkan dalam ayat tersebut, maka hendaklah dia memenuhi syaratnya.”Yaitu menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar ini, maka dia akan menyandang predikat sebagai umat yang terbaik.Kalau tidak, maka dia tidak pantas menyandang predikat tersebut.”    

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Katakanlah (wahai Muhammad),”Inilah jalanKu,(yaitu) mengajak manusia kepada Allah dengan hujjah yang nyata, (jalan) Aku dan juga jalan orang-orang yang mengikuti Aku.”.(Q.S. Yusuf : 12).

Kata ‘dan” orang-orang yang mengikuti ‘Aku” bermaksud siapa siapa saja yang merasa pengikut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik laki-laki maupun wanita, maka dia mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas dakwah yaitu mengajak manusia kepada Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,membayar zakat,dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan diberi Rahmat oleh Allah.Sesunguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. At Taubah : 71). 

Dalam ayat ini kata”Mu’minaat’(wanita-wanita yang beriman) disebutkan dengan jelas bahwa mereka harus bekerjasama dan saling bantu-membantu dengan kaum Mu’minim (laki-laki yang beriman) dalam menjalankan tugas amar  ma’ruf nahi mungkar,dan dalam menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala,.Mereka yang mau tolong-menolong dalam menjalankan tugas tersebut akan dicintai dan disayangi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Para sahabiyah (wanita sahabat) memahami betul akan hal ini, sehingga mereka juga sibuk dalam menjalankan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar,serta membantu kaum laki-laki (para sahabat) mereka dengan segala pengorbanan. Kisah  Siti Khadijah Radhiyallahu Anha’,isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, menjadi saksi atas hal-hal ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sendiri sering mengenang pengorbanan yang telah diberikannya,”Dia (Siti Khadijah Radhiyallahu Anha)’selalu membantu dengan hartanya ketika orang-orang mengalangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya.Jika tidak mampu,maka hendaklah ia mengubah (mencegahnya) dengan lidahnya (ucapannya). Dan jika tidak mampu, maka hendaklah ia mencegah didalam hatinya,dan itulah selemah-lemah iman.”(H.R. Muslim,Tirmidzi,Ibnu Majah dan Nasai dari Abu Said Radhiyallahu Anhu). 

Perkataan”man” (barang siapa) dalam hadist diatas,adalah berarti umum,mencakup laki-laki dan wanita.Masih banyak ayat ataupun hadist yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar yang walaupun tidak secara khusus ditujukan kepada wanita, namun menurut kaidah ushul perintah itu berlaku juga bagi wanita selama tidak ada dalil yang mengecualikannya.Banyak ayat Al Quran maupun Hadist yang menyebutkan Keutamaan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar diantaranya yaitu :

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya selain dari orang yang mengajak manusia kepada Allah dan ia sendiri beramal shalih, dan ia berkata”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).” (Q.S. Fushshilat : 33).

Allah Subhanahu wa Ta’ala,menyatakan dalam ayat ini bahwa siapa pun yang berusaha mengajak manusia kepada jalan  Allah, maka dia patut mendapat kemuliaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Misalnya, para Nabi berdakwah (mengajak manusia) ke jalan Allah dengan memperlihatkan mu’jizat, ,para ulama berdakwah dengan dalil dan hujjah, para mu’adzin berdakwah dengan adzan.

Dengan demikian jelaslah bahwa kewajiban dakwah dan amar ma’ruf  nahi mungkar tidak hanya kepada kaum laki-laki, juga menjadi tugas dan tanggung jawab kaum muslimat,dan bekerjasama saling membantu  dalam menjalankan tugas dakwah  mengajak manusia kepada Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, . Mudah-mudahan manfaat buat kita semua,yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat  dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq  Watawa saubil shabr “.Semoga  Allah Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin…

.•Walhamdulillah Rabbil’alamin •.

♥♥.•*´¨`*•. ¸  •.♥♥¸.•'´)•.♥♥
 (¯`v´¯)
`•.¸.•(¯`v´¯)

........`•.¸.•``(´'`v´'`)
. ...♥♥... `•.¸.•´☀♥


❀❀ ❀❀.  ❀❀ ❀❀.❀❀ ❀❀.    ❀❀ ❀❀.  

¸.••. ¸.••.❀❀.••.¸

(⁀‵⁀) ..••.¸✿ ✿.Salam Santun Erat  Silaturahmi
´¸.•°*”˜˜”*°•            & Ukhuwah Fillah ALL
..¸.•°*”˜˜”*°•.
/˚ •* ˚˚ ˛* °.
/
*˛˚ •˚ *
/ \ ˚. .¸.••. ..••.¸✿ ✿¸.•.
♥♥.•. .¸ •.❀♥♥•.¸ ¸.•'•.❀♥♥..• .•*´¨`*•.

Sabtu, 24 Desember 2011

Hiasi Cinta Dengan Senyum
❀❀.• ¸¸.•*••*¨.••.✿❀❀.• ¸¸.•*•♥♥

Bismillahirrahmanirrahiim..

Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

*• ♥.*•.¸¸¸ ' '•.¸¸ ¸¸¸

Sahabat  Saudaraku Fillah..

Hadirnya meringankan beban, menghapus perasangka buruk, dan mengokohkan kasih sayang.Sejatinya senyum adalah jendela hati. Dari senyuman kita bisa mengetahui suasana dan isi hati seseorang. Senyuman yang  terkembang berarti juga sebuah sinyal bagi orang lain untuk diterima kehadirannya dan diperbolehkan untuk bersama. Karena itu, mari mencoba mengingat-ingat berapa kali sehari kita tersenyum pada pasangan.

Keberadaan pasangan dalam hidup tentu menghadirkan begitu banyak kebaikan yang hadir. Kebaikan yang mungkin telah kita ketahui macamnya dan telah menjadi bagian dari rutinitas hidup. Akan menjadi sangat mungkin, kebaikan itu jadi tak berwarna dan tak bervariasi. Karena itu, senyum adalah sebuah awal untuk membuat kedekatan semakin erat dan penyubur kebaikan-kebaikan lainnya menjelma.

Awal Kebaikan

Sejenak, mari mengingat bahwa kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan para sahabat semakin kokoh dari hari ke hari, tak lain karena senyum yang senantiasa terkembang.

“Dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu Berkata, “Sejak aku masuk Islam, Nabi tidak pernah menghalangiku untuk menemuinya. Dan setiap kali berjumpa denganku, beliau selalu tersenyum padaku.” (Riwayat Al-Bukhari).




Alangkah indahnya bila pertalian hati ini pun menjelma dalam hubungan dengan pasangan kita. Senyum yang berarti penerimaan kita atas kehadirannya, sekaligus perlambang rasa cinta kita atas kebaikan yang selalu dihadirkannya dalam kebersamaan, akan menghapus berbagai prasangka dan menghadirkan kebaikan yang bertambah-tambah.

Karena itu, Rasulullah khusus berpesan agar setiap umatnya senantiasa berwajah cerah dan tersenyum pada suaminya atau istrinya. Bagi para istri, Nabi bersabda, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki? Yaitu istri sholehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi istrinya akan menjaga harta dan keluarganya.” Sabda ini pun berlanjut pada kewajiban seorang suami, yaitu, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yg paling baik akhlaq dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”

Rasulullah mewasiatkan perkara tersenyum dan berakhlaq yang baik pada pasangan sejak berbelas abad yang lalu. Terbukti, senyum memang perkara yang begitu penting dalam kehidupan berumahtangga sekarang ini. Berapa banyak orang yang mudah tersenyum pada orang lain, tetapi tingkah lakunya sangat tak menyenangkan di dalam rumah. Berapa banyak kini orang yang sangat sigap berbuat baik pada orang lain, tetapi sangat malas dan berat tangan ketika harus membantu pekerjaan istrinya. Tentu semua kondisi ini sangat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri.

Padahal, bila setiap pasangan memahami betapa pentingnya berbuat baik disertai wajah yang cerah dan senyum yang dikembangkan, tentu banyak masalah yang terselesaikan dengan baik. Kita bisa rasakan, saat pekerjaan tengah bertumpuk, bila uluran tangan tak datang untuk meringankan, seulas senyum dan perhatian yang menyenangkan tentu sudah sangat berarti untuk melepaskan beban yang memberat dalam hati. Karena itu, Rasulullah bahkan mewasiatkan pada setiap Muslim untuk tersenyum sebagai sedekahnya pada sesama Muslim.

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (Riwayat  At  Tirmidzi)

Peringan Beban

Senyum memang sangat besar efeknya bagi kondisi psikologis seseorang. Bisa dibayangkan bila seseorang tengah merasakan kegelisahan yang sangat, tentu senyum yang datang seakan memberi kesempatan baginya untuk menemukan jalan keluar dari masalah.

Kita tentu bisa merasakan ketika harus berangkat menuju kantor atau melakukan perjalanan menuju suatu tempat di pagi hari. Suasana jalan yang padat, berdesakan di dalam angkutan umum, dan kemacetan pastinya membuat perjalanan itu terasa sangat melelahkan. Seulas senyum yang kita lihat dari orang lain, meski ia tak sedang tersenyum pada kita tentu sudah memberi warna yang berbeda. Apalagi bila senyum itu datang dari orang yang seperjalanan dan “sependeritaan” dengan kita. Senyum bisa menjadi awal percakapan yang menyenangkan atau paling tidak bisa sejenak melupakan kepenatan.

Inilah pula yang dirasakan oleh pasangan kita manakala pagi hari menyapa. Sang suami sibuk berkemas berangkat kerja. Bersiap menyambut kemacetan jalan dan bersiap berjibaku dengan beban pekerjaan yang belum tentu sesuai dengan keinginannya. Begitu juga seorang istri. Pagi bagi seorang istri sekaligus ibu adalah waktu yang paling sibuk. Begitu banyak pekerjaan telah menanti, belum lagi permintaan untuk melakukan ini dan itu yang datang dari suami dan si buah hati.

Sungguh, semua rutinitas ini sangat melelahkan jiwa. Alangkah indahnya, bila semua rutinitas yang membelit itu dijalani dengan keceriaan dan senyum yang mengembang. Dampaknya begitu terasa. Bagi seorang suami, bila berangkat kerja dengan diiringi doa dan senyum; beban yang menggelayut rasanya sudah terkurangi separuh di rumah. Berganti semangat untuk mewujudkan harapan-harapan istri dan anak di rumah. Begitupun dengan sang istri yang harus berjibaku dengan pekerjaan rumah yang tak pernah berganti dan berhenti. Senyum dari suami pasti akan membuat hati akan terasa lebih ringan dan suasana pun menjadi nyaman. Senyum, paling tidak, akan melegakan dan sebuah bentuk pengertian.

Penyelesai Masalah

Kesalahpahaman dan masalah yang membelit juga akan lebih mudah diselesaikan dengan senyum yang disertai dengan ketulusan. Abraham Lincoln pernah mengatakan, “Sebagian besar orang hampir sebahagian yang mereka pikirkan.” Perkataan ini menegaskan pada kita bahwa apa yang kita pikirkan sangat mempengaruhi tindakan bahkan kualitas diri kita. Bisa dibayangkan bila kita memiliki pikiran negatif terhadap orang lain, maka apapun tindakan kita yang berkaitan dengan orang tersebut pasti juga akan negatif. Termasuk pada pasangan. Dampak negatifnya pasti akan meluas pada segala hal. Cobalah untuk memutus rantai muatan negatif ini dengan senyum.

Senyum juga membawa dampak positif pada cara kita berpikir. Senyum yang berusaha kita hadirkan dalam kondisi seperti apapun akan membimbing kita dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Pikiran kita akan terdorong untuk memandang kemelut yang terjadi dari sisi yang positif dan menghindarkan kita dari stress. Otak pun akan mendorong tubuh mengeluarkan energi yang akan membangun imunitas di dalam dan di luar tubuh, memperbaiki kualitas darah, dan memperbaiki kualitas udara yang kita hirup.

Inilah luar biasanya teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Inilah kebaikan yang tersimpan dalam Sabdanya, :
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (Riwayat  Muslim)

Karena itu, mulai saat ini, berusahalah untuk senantiasa tersenyum. Buatlah  tiap ulasnya yang menghiasi wajah kita berarti kasih sayang dan kebaikan, terutama untuk pasangan kita.

Diadaptasi dari : Jendela Keluarga , diedit dan disunting kembali oleh Nafisah Kharunisa Muenthazzar. **Majalah Suara Hidayatullah,Edisi  Pebruari 2011 *

¸.••. ¸.••.❀❀.••.¸

Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,  Mudah-mudahan manfaat buat kita semua,yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat  dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq  Watawa saubil shabr “.Semoga  Allah Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin…

.••Walhamdulillah Rabbil’alamin ••.

♥♥˚•. (`'•.¸♥♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥

❀❀ Sahabat  Ukhuwah fillah ALL ❀❀ Silakan di Share Semua untuk Umat dan Syiar Islam,Kunjungi Page Kami dibawah ini klik Like/Suka untuk Bergabung...

MENATA AKHLAQ  Menuju Ridha dan Cinta-NYA

WANITA SHOLEHAHMutiara  Muslimah  Sejati

INDAHNYA MERANGKAI  Silaturrahmi dan Ukhuwah

Abdul Haris Muenthazzar


Follow  Twitter   @AH_Muenthazzar


SaLaM SantuN  Erat  SiLatuRahmi dan UkhuWaH FillaH

¸.••. ¸.••.❀❀.••.¸